Cinta Yang Se Kufu

Cinta Yang Se Kufu

Seorang ulama salaf yang bernama Said bin Al-Musayyib, Said adalah menantu Abu Hurairah r.a, sahabat Rasulullah Saw, yang banyak meriwayatkan hadits Rasulallah Saw. Said adalah seorang ulama yang zuhud ahli ibadah. Ia sendiri pernah mengatakan,

"Demi Allah, selama empat puluh tahun, aku tidak pernah ketinggalan shalat berjama'ah di masjid, dan selama empat puluh tahun itu pula aku tidak pernah melihat punggung orang-orang yang berjama'ah di masjid karena selalu berada di shaf terdepan."

Cara pandang ulama dalam berbagai hal kehidupan ini seringkali berbeda dengan orang awam. Pandangan mereka banyak dilatarbelakangi nilai-nilai ketaqwaan kepada Allah Swt. Termasuk cara pandang mereka tentang pernikahan.

Para ulama salaf memahami standar kufu dalam menikahkan putri mereka adalah agama. Mereka tidaktidak melihat harta dalam dalam menikahkan putra-putri mereka, tapi melihat kualitas iman, taqwa, dan akhlaq. tak heran jika mereka lebih memilih yang miskin namun baik agamanya daripada yang kaya namun kurang dalam hal agamanya.

Dikisahkan Said memiliki seorang anak perempuan yang terkenal kecantikannya, kecerdasannya dan kesalehahannya. Ketika kabar itu sampai di telinga khalifah Abdul Malik bin Marwan dan putra mahkotanya Walid bin Abdul Malik di Damaskus, Sang khalifah segera datang ke tempat Said bin Musayyib dengan maksud meminang putrinya untuk putranya.

Namun tanpa keraguan sedikitpun, Said menolak pinangan itu, meskipun ia harus mendapat resiko yang tidak ringan. Karena menolak pinangan khalifah ia sampai dicambuk seratus kali. Dan ia tetap pada pendiriannya tidak mau menikahkan putrinya dengan putra mahkota.

Tidak lama  berselang, setelah kejadian itu, ia kembali mengajar di masjid Nabawi. Suatu ketika, ada seorang muridnya  bernama Abdullah bin Abi Wada'ah  tidak menghadiri pengajian. Ketika Abdullah bin Abi Wada'ah hadir, imam Said bin Musayyib langsung bertanya, " Abdullah, mengapa kemarin tidak menghadiri pengajian?"

"Maaf imam, kemarin istri saya meninggal dunia dan saya tidak sempat meminta izin dan memberitahukan kabar ini kepada imam." "Apakah engkau sudah menikah lagi ?" tanya imam. "Semoga Allah Swt merahmati imam, siapakah yang sudi menikahkan putrinya denganku. Aku ini miskin, tidak punya apa-apa kecuali hanya dua atau tiga dirham saja."

"Akulah yang akan menikahkanmu." Benarkah?," jawab imam meyakinkan. "Ya, benar, aku akan menikahkanmu dengan putriku, jika kamu setuju.

Dan, jadilah saat itu juga Imam Said bin Musayyib menikahkan putrinya yang terkenal kecantikannya itu dengan Abdullah bin Wada'ah, salah seorang muridnya yang miskin dengan mahar dua dirham.

Begitulah, Imam Said bin Musayyib lebih memilih lelaki yang miskin, namun ia tahu persis ketaqwaan dan kedalaman ilmu agamanya. Ia tidakmemilih putra raja yang kaya raya dan memiliki kedudukan yang tinggi. Ia sangat percaya putrinya akan selamat di dunia dan di akhirat jika berada dalam bimbingan suami yang bertaqwa.

Betapa mantap hati Imam Said tatkala menikahkan putrinya, sebagaimana dikisahkan sendiri oleh Abdullah bin Abi Wada'ah, ' Setelah dinikahkan, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, karena gembiranya aku lalu bergegas pulang kerumah. Aku berpikir kepada siapa aku akan mencari pinjaman?, setelah shalat maghrib, aku mengambil roti kering dan minyak zaitun yang tersisa untuk berbuka puasa.

Tiba-tiba ada orang mengetuk pintu, saat aku keluar membukakan pintu, ternyata imam Said bin Musayyib. Aku mengira ada hal yang penting dan dia memerlukan bantuanku. "Wahai Abu Muhammad (panggilan untuk Said bin Musayyib), jika engkau mengirim utusan kepadaku tentu aku akan datang kepadamu," ucapku kepadanya. "Tidak ,engkau lebih berhak untuk didatangi ," jawab imam said. "Apa yang kau titahkan, dan apa yang bisa kubantu?"Aku masih tak mengerti.

"Engkau adalah lelaki sendiri tanpa istri, aku telah menikahkanmu, aku tidak ingin kau bermalam sendiri malam ini, maka aku antarkan istrimu.

Sedari tadi, ternyata putri Said berdiri dibelakangnya. Said lalu memegang tangannya dan mengajaknya masuk. Putri Said sangat malu, ia hanya berdiri mematung dipintu. Aku lalu bergegas memmnaggil para tetangga. Mereka heran dengan keadaan yang kualami hari ini.

Para tetangga pun mendatangi rumahku. Saat ibuku diberitahu, ia datang dan berkata, "Aku haram melihat wajahmu jika kau sampai menyentuhnya sebelum aku dandani sampai tiga hari," katanya padaku. Aku lalu menenangkan diri selama tiga hari, baru menemui istriku. Ternyata dia adalah wanita yang paling cantik, paling hafal kitab Allah Swt, paling tahu sunnah Rasulallah Saw dan paling mengerti hak-hak suami.

Setelah sebulan, aku mendatangi Imam Said bin Musayyib. Saat itu ia ada di tengah-tengah halaqoh pengajian. Setelah aku mengucap salam, ia hanya menjawab salamku. Ia baru mengajakku bicara setelah semua orang-orang pergi. "bagaimana keadaanya?" aku menjawab, "Baik ,Abu Muhammad. Dia manusia yang sangat dicintai teman dan dibenci musuh."

"Jika kau ragu padanya, kau boleh angkat tongkat," kata said. Aku lalu kembali kerumahku dan Said memberiku bekal dua puluh ribu dirham. Said tidak bertanya banyak mengenai keadaan putrinya. Sebab ia sangat percaya putrinya akan aman dibawah lindungan lelaki yang bertaqwa dan mengerti akan hukum-hukum Allah Swt.
Advertisement

Baca juga:

This Is The Oldest Page
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar