Pengaduan Khaulah

Pengaduan Khaulah

Didalam Al-Qur'an, ada surat Al-Mujadalah. Para ulama berbeda pandangan dalam membaca nama surat ini. Sebagian membaca dengan  "Al-Mujadalah" yang berarti perdebatan yang terjadi antara Rasulallah Saw dengan seorang wanita yang mengeluhkan perkara suaminya. Sebagian diantara mereka ada yang membaca dengan "Al-Mujadilah" yang berarti seorang wanita yang mendebat Rasulallah Saw tentang perkara suaminya.


Imam Ibnu Katsir mengisahkan sebab turunnya ayat pertama surah ini. Di madinah, hiduplah seorang wanita tua yang bernama Khaulah binti Tsa'labah r.ha suaminya bernama Aus bin Shamit.

Dimasa mudanya, dia adalah wanita yang berparas cantik dan bentuk tubuh yang indah. Karena suatu perkara, suaminya menziharnya. Ziharadalah bentuk thalaq pada masa jahiliyah. Suaminya berkata, "Saya menduga bahwa engkau sekarang telah haram atasku." "Demi Allah ini bukanlah bentuk thalaq yang sebenarnya," jawab Khaulah menapik.

Awal kisah, Khaulah mendatangi Rasulallah Saw untuk mengadukan perkara dia dan suaminya. Khaulah berkata, "Ya Rasulallah, dahulu sewaktu aku masih gadis, Aus bin Shamit menikahiku. Dahulu aku adalah seorang wanita yang berkecukupan dan berasal dari keturunan terhormat. Aku juga tidak mandul. Namun kini setelah masa mudaku berlalu, kecantikanku tak lagi seperti dahulu, suamiku menziharku dengan mengumpamakanku seperti punggung ibunya.

Walaupun dia menyesal atas ucapannya itu. Apakah kami masih bisa bersatu kembali seperti biasa?" Rasulallah menjawab, "Engkau sudah haram kembali kepadanya" mendengar jawaban itu Khaulah menukas, "Ya Rasulallah, Demi Allah yang menurunkan Al-qur'an kepadamu, sesungguhnya Aus tidak mengucapkan kata-kata thalaq, sehingga aku harus bercerai dengannya. Dia adalah ayah dari anak-anakku. Dia adalah laki-laki yang sangat kucintai dan akan selalu kucinta."

Rasulallah tetap mengatakan, "Engkau sudah haram kembali padanya." Mendengar jawaban yang tidak memuaskan dari Rasulallah, Khaulah kemudian berkata,  "Wahai Rasulallah, aku akan mengadukan langsung kepada Allah. Dari pernikahan kami aku melahirkan anak-anak yang sangat kucintai dan merekapun mencintaiku.

Lalu Khaulah menengadahkan tangannya sembari bermunajat, "Ya Allah, hanya kepadamu aku mengadu. Ya Allah, turunkanlah melalui perantara lisan nabi-Mu sebuah penjelasan tentang permasalahn yang kuhadapi." Inilah awal zihar yang dikenal dalam Islam.

Cukup lama Khaulah menunggu, ia harus bolak-balik membicarakan soalnya, dan Rasulallah tetap pada pandangannya semula. Sehingga Allah Swt menurunka firmannya,
"Sungguh Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatannya kepadamu, wahai Muhammad. Tentang suaminya dan mengadukan halnya kepada Allah, dan Allah maha mendengar percakapan antara kamu berdua. Seseungguhnya Allah maha mendengar, Maha melihat." (Q.S. Al-Mujadilah:1).

Masa terus barlalu, Rasulallah Saw pun telah tiada, Khaulah talah menjadi wanita yang tua renta. Kisahnya menjadi buah bibir bagi orang-orang yang hidup setelahnya. Allah Swt pun memanjangkan usianya mencapai masa khalifah Umar R.a

Ad-Darimi bercerita, suatu hari, Umar r.a keluar dari masjid bersama Al-Jarud, seorang hamba sahaya. Tiba-tiba seorang wanita tampak ditengah jalan yang dilalui Umar r.a. Setelah saling mengucapkan salam, wanita itu mengatakan kepada Umar r.a, "Wahai Umar, saya tahu dulu anda dinamai Umair di pasar Ukazh. Anda sering menakut-nakuti anak kecil dengan tongkatmu.

Lalu anda dinamai Umar. Kemudian, Anda dinamai Amirul Mukminin. Bertaqwalah  anda kepada Allah dalam memimpin rakyat! Ketahuilah, barang siapa yang takut akan ancaman, niscaya yang jauh akan didekatkan padanya, dan siapa yang takut pada kematian, niscaya ia akan khawatir umurnya digunakan untuk hal-hal yang sia-sia.

Ucapan wanita itu dipotong oleh Al-Jarud, "Wahai wanita tua, engkau telah menyampaikan pesan terlalu banyak kepada Amirul Mukminin," Jarud berkata kepada Umar r.a, "Wahai amirul mukminin, tidak ada gunanya kita menghabiskan waktu berbicara dengan wanita tua ini. Sebaiknya kita segera melanjutkan perjalanan kita.

Umar r.a berkata pada Al-Jarud, "Celakalah engkau wahai Jarud. Apakah engkau mengenal wanita itu? Dia adalah Khaulah binti Ts'labah, yang pengaduannya langsung didengar Allah Swt. Karena itu, Umar lebih berhak mendengar ucapannya.

Demi Allah seandainya dia terus melanjutkan pembicaraannya sampai larut malam, niscaya aku tidak akan beranjak pergi, kecuali untuk menunaikan Shalat. Seusai Shalat, aku akan kembali menemui dia. Allah Swt  saja mendengarkan keluhannya, kenapa Umar bin Al-Khattab, hamba yang lemah ini tidak mendengarkannya

Advertisement

Baca juga:

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar