Kalung Cinta dari Allah

Kalung Cinta dari Allah

Ibnu Rajab  menceritakan dalam Dzail thabaqatul hanabilah, Juz 1, bahwa Al-Bazzaz bercerita:

Suatu hari aku berangkat haji dan berada di sekitar Masjidil haram, tiba-tiba aku merasa sangat lapar, dan aku tidak mendapatkan sepotong makanan pun untuk mengganjal perutku. Aku lalu memutuskan untuk keluar mencari makan, namun tidak mendapatkan apa-apa, kecuali hanya sebuah kantung sutra yang diikat dengan sutra juga

Aku lalu memutuskan untuk membawanya ke rumah. Saat kubuka ternyata isinya adalah kalung permata yang cantik, yang belum pernah kulihat sebelumnya. Tapi aku lalu mengikatnya kembali seperti semula, dan meneruskan perjalanan mencari makan.

Saat diperjalanan  aku tiba-tiba mendengar suara seorang syeikh dari kejauhan yang berteriak-teriak, "Siapa yang mendapatkan kantung sutra yang sifatnya ini dan itu maka aku akan memberinya lima ratus dinar emas sebagai hadiah untuknya." Aku berkata dalam hatiku, sekarang aku dalam posisi yang sangat membutuhkan, dan sangat lapar.

Apakah aku harus mengambalikan kalung permata ini atau mengembalikan kantungnya saja? Tidak, Aku harus mengembalikan nya kepada syeikh itu" ujarku. Akhirnya aku berteriak, "Wahai syeikh kemarilah, Aku lalu mengantarnya ke rumahku. Sebelumnya aku bertanya kepadanya tentang ciri-ciri kantung itu dan jumlah permatanya. Ternyata jawabannya sesuai dengan kenyataan.

Aku pun mengambil kan kantung sutra itu dan menyerahkan kepadanya. Dia kemudian mengeluarkan lima ratus dinar emas dan menyerahkannya padaku. Aku berkat, "aku tidak akan menerimanya dan aku tidak akan meminta balasan darimu sedikit pun.

Tapi syeikh itu terus mendesakku, sehingga aku berkata padanya, "Demi Allah Swt, yang tidak ada Ilah yang berhak di ibadahi kecuali-Dia, aku tidak akan mengambil sepesr pun darimu dan aku hanya mengharapkan pahala dari Allah Swt semata." Mendengar penjelasnku Syeikh itu segera beranjak pergi, dan dia pulang ke kampungnya setelah musim Haji selesai.

Setelah musim Haji usai dan para hujjaj pun berbondong-bondong meninggalkan Makkah, akupun demikian. Akupun hendak pulang kekampung dan memutuskan naik perahu. Namun Allah Swt menakdirkan ombak saat itu sangat besar disertai angin kencang, sehingga perahu kami pun pecah dan akhirnya tenggelam.

Semua penumpang terlempar kelaut beserta semua barang yang diangkut dalam perahu itu. Namun atas kuasa Allah Swt aku selamt. Aku teus berpegangan pada salah satu serpihan perahu. Aku terapung beberapa hari diatas laut, hingga aku terdampar disebuah pulau.

Di pulau itu terdapat warga yang tidak bisa membaca dan menulis. Aku memutuskan untuk memasuki sebuah masjid di pulau itu, dan mengambil lembaran Al-Qur'an lalu membacanya. Orang-orang pun melihatku, sehingga setiap orang datang kepadaku dan mengatakan, "tolong ajarkan kami cara membaca Al-Qur'an."

Aku pun mengajarkan mereka  satu persatu cara membaca Kitabullah, dan dari pengajaran itu, aku meraskan kebahgiaan yang luar biasa. Setelah beberapa hari berlangsung, mereka berkata padaku, "Di pulau kami ini terdapat seorang gadis yatim, dia mempunyai sedikit perhiasan, dan kami berniat menikah kan anda dengan gadis itu."

Aku menolaknya, akan tetapi mereka mendesakku. Hingga akhirnya aku menerima tawaran itu. Pada hari pernikahan, aku dikagetkan dengan pemandangan yang aku sendiri tidak bisa memahaminya. Aku terus memandang sebuah kaling yang melingkar di leher gadis yatim itu.

Aku terus memandang dan memandangnya, hingga akhirnya penduduk pulau berkata padaku, " Wahai imam, engkau telah mengecewakan hati gadis ini, dengan hanya melihat pada apa yang tergantung di lehernya." Aku mulai bercerita, bahwa aku punya cerita sendiri dengan kalung ini.

Setelah mereka mendengar penuturanku, mereka tiba-tiba bertasbih dan bertakbir, sehingga suara mereka memenuhi ruang pulau. Aku balik bertanya, ada ap dengan kalian, kenapa kalian bertasbih dan bertakbir? mereka berkata, "bahwa orang tua yang dahulu kehilangan kantung sutra itu adalah ayah dari gadis yatim ini. 

Dan selama perjalanan pulang dari berhaji, ia tidak henti-hentinya mengucapkan sebuah do'a. Aku tidak pernah mendapatkan seorang muslim sebaik laki-laki yang telah menemukan kantung sutraku. Ya Allah, pertemukan aku dengannya sehingga aku dapat menikahkan putriku dengannya. Sekarang do'a itu sudah dikabulkan."

Perjalan rumah tangga imam itu selalu mendapatkan keberkahan dari Allah Swt. Dua tahun dari masa pernikahannya mereka diberkahi anak yang shaleh. Dan lama setelah itu wanita yatim yang sudah tua itu pun kembali kepada Allah Swt, dan yang mewarisi permata itu adalah dia dan anaknya.

Beberapa tahun kemudian Allah Swt menakdirkan mewafatkan ke dua anaknya, hingga akhirnya permata emas itu diwarisi  oleh imam yanng jujur itu.

Dan siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka dia akan mendapatkan sesuatu yang terbaik dari apa yang sudah  ditinggalkan.

Kisah ini memberikan hikmah yang luar bisa kepada kita bahwa kejujuran adalah jembatan yang mengantarkan kepada kemudahan dan jalan rezeki yang tak terduga.

"Wallahuaklam... semoga bermanfaat"
Advertisement

Baca juga:

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar