Ketabuan yang Kian Bisu

Ketabuan yang Kian Bisu

Rasulullah saw bersabda : "Tidak ada suatu cobaan sepeninggalanku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yang melebihi bahayanya cobaan yang berhubungan dengan soal wanita." (HR. Bukhari dan Muslim). Jika pada masa silam buku klasik tentang pelajaran seks yang bertajuk kama sutra hanya dibaca oleh orang tua dan selalu disembunyikan, maka sekarang orientasinya telah berubah.

Buku tersebut telaha menjadi barang laris di toko buku dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan, termasuk remaja. Bukan menjadi suatu keanehan pula apabila putra putri kita di masa sekarang lebih mengenal berbagai buku yang menonjolkan pornografi dan blue film dari pada orang tuanya. Hal ini menunjukkan pandangan remaja terhadap seks telah mengalami pergeseran bahkan sangat jauh sekali.

Jika dulu orang tua sangant dominan dalam menentukan jodoh anak. Si anak pun akan sangat malu jika harus beduaan apalagi didepan umum. Zaman sekarang semua telah berubah tanpa sepengetahuan orang tua anak telah memilih pasangannya. Pandangan mereka tentang pacaran pun telah jauh berbeda.

Pacaran telah diartikan "pemanasan" atau ajang untuk mencurahkan segala rasa sebelum tiba hari pernikahan. Sehingga istilah "dokter-dokteran" telah sangat populer dikalangan remaja modern. Bahkan banyak remaja telah berani menjadwal hubungan badan saat berpacaran layaknya suami-istri. Hal ini bisa diamati dari banyaknya remaja yang bicara blak-blakan di tabloid-tabloid remaja.

Memang idealnya pembicaraan tentang seks tidak hanya menjadi komoditi yang didominasi kaum tua atau dewasa. Setiap manusia telah dikaruniai seks, dan bahkan semenjak dini seks perlu diajarkan secara positif. Banyak bukti menunjukkan prilaku penyimpangan seksual seperti onani (masturbasi), homoseksual, lesbian, biseksual,dll.

Mulai dirasakan dan berkembangsejak diri seorang insan masaih dala tarap kanak-kanak. Masturbasi sebagai contoh, menurut tulisan Don L. Fisher (1994), banyak contoh kasus yang disajikan menunjukkan bahwa kebiasaan tersebut mulai terjadi pada saat seseorang masih dalam tarap kanak-kanak.

Kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi memungkinkan dampak globalisasi terhadap individu sampai dengan negara dapat dengan mudah terwujud. Kultur kehidupan remaja dimasa sekarang juga telah diliputi suasana keterbukaan informasi mengenai seksualitas. Berbagai tayangan televisi dan media elektronik lainnya, serta literatur tentang seks sangat mudah didapat.

Dengan demikian orang tua juga dituntut lebih profesional dalam menangani remaja dan permasalahan yang satu ini. Jika orang tua tidak mampu maka efek Push pull antara kultur remaja dengan para orang tua akan terjadi. Keadaan ini akan membuat remaja dan orang tua terpisah dalam dua dunia yang berbeda yang sangat sulit untuk dapat dipersatukan.

Konsekuensinya remaja cenderung lebih mudah mengarah kepada keadaan perkembangan yang regresif. Berbagai riset pun baik dari luar maupun di dalam negri telah menunjukkan betapa eratnya hubungan remaja modern dengan konsepsi seks. Bahkan mereka telah mencapai tarap penerapan atau melakukan, bukan hanya mengetahui.

Ramonasari (1996:304) mengungkapkan bahwa hampir 80% remaja melakukan seks dengan pacarnya (diluar nikah) dalam jangka waktu pacaran kurang dari satu tahun. Matra (mei/94:58-69) memaparkan berbagai kisah erotis yang dijalani pemuda-pemuda berusia 17-35 tahun yang berprofesi sebagai gigolo.

Unit riset dan perubahan tingkah laku universitas Edinburgh dalam survey terhadap 4.000 remaja menemukan 35% remaja yang berusia 15 tahun kebawah melakukan hubungan seks (Gatra No.13/12/97:97). Data-data tersebut dapat diperpanjang  lebih banyak lagi dan kesemuanya mengarah pada satu titik persoalan, semakin dekatnya remaja dengan prilaku seks bebas.

Maka tepat sekali apa yang sering dikatakan para psikolog bahwa remaja merupakan kelompok yang sangat rawan terkontaminasi seks tidak sehat, karena secara biologis remaja memang telah matang untuk kontak seksual dan juga untuk berreproduksi namun secara fisik dan mental mereka masih kanak-kanak. Wajar bila terjadi peningkatan dorongan seksual pada kalangan remaja karena alat reproduksi berada dalam tahap kematangan awal sebelum mencapai kemantapan.

Tindakan penyimpangan seksual terutama seks bebas merupakan ungkapan pelepasan dorongan libido tersebut. Meningkatnya angka-angka pelaku tindakan penyimpangan seksual disinyalir para ahli kesehatan sebagai wujud pemuasan keingintahuan. Terutama seiring dengan maraknya tayangan-tayangan film barat yang notabenenya sangat permisif terhadap seks, maka pandangan remaja indonesia terhadap hubungan intim telah bergeser cukup jauh.

Jika dahuluhanya lembaga perkawinan yang diakui sebagai pintu yang sah bolehnya seseorang berhubungan intim, maka kini lembaga sakral tersebut hanya sekedar formalitas. Banyak remaja modern yang memandang bahwa hubungan intim pra-nikah sah-sah saja dan bujan suatu aib. Fenomena ini erat kaitannya  dengan pandangan terhadap virginitas atau keperawanan (selaput dara).

Umumnya remaja modern beranggapan mempertahankan keperawanan pranikah sudah kuno. kini zamannya bebas, seseorang boleh berbuat untuk kesenangan diri sendiri, itu hak asasi. Pandangan remaja modern ini tentu saja berakibat kurangnya penghormatan terhadap lembaga perkawinan.






Sumber : Kesucian Wanita (Abu Al-Ghifari)
Advertisement

Baca juga:

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar