Hanya karena engkau memiliki pesona, maka engkau bisa mencintai dan mengawini semua perempuan. Untuk membangun hubungan jangka panjang, pesona fisik, jiwa,akal, dan ruh harus terpadu untuk menciptakan daya rekat yang permanen.
Tapi, serupa berlian, tidak semua orang mengenalnya dengan baik. Makanya banyak yang tak menghargainya.Sedang sebagian lainnya terlalu jauh untuk dijangkau, bagai pungguk merindukan bulan.
Pengandaian seperti itulah yang membuat Aisyah r.ha kali ini dilanda gundah. Pasalnya, Sayyidina Umar bin Khattab r.a, hendak melamar adiknya Sayyidatina Ummu Kultsum r.ha. dan tidak ada alasan untuk menolak lamaran Sayyidina Umar r.a, kecuali bahwa Sayyidina Abu Bakar r.a sang ayah yang juga khalifah pertama telah mendidik putri-putrinya dengan penuh kasih sayang dan kemanjaan.
Karena itu, Sayyidatina Aisyah r.ha merasa adiknya tidak mampu menyesuaikan diri dengan pembawaan Sayyidina Umar r.a yang kuat dan kasar. Pun ketika Sayyidina Abu Bakar r.a meminta pendapat Sayyidina Abdurrahman bin Auf r.a tentang kemungkinan penunjukan Sayyidina Umar r.a sebagai khalifah, beliau menjawab;" Dia yang paling layak kecuali bahwa dia kasar."

Al-Madini menceritakan kisah ini dalam Tarikh Ath-Thabari, ketika dilamar Sayyidina Umar r.a, Sayyidatina Ummu Kultsum binti Abu Bakar r.huma masih kanak-kanak. Sayyidina Umar r.a menyampaikan cintanya kepada Ummu Kultsum r.ha melalui perantara Aisyah r.ha, saudari Ummu Kultsum r.ha sendiri.
Setelah menyampaikan Maksud Sayyidina Umar r.a kepada adiknya, Aisyah r.ha hanya berkata," Keputusannya terserah engkau". Ummu Kultsum r.ha pun mencurahkan isi hatinya pada saudarinya," Wahai kakakku, sungguh aku sulit untuk mencintainya." Jawab Ummu Kultsum r.ha." Jawab Ummu Kultsum r.ha. "Dinda, Apakah engkau tidak menyukai Amrul Mukminin?" tanya Aisyah r.ha. " Bagaimana benih cinta itu bisa tumbuh dari relung-relung jiwaku, sementara dia adalah seorang khalifah yang sangat tegas kepada siapa saja termasuk kepasa istri-istrinya." jawab Ummu Kultsum r.ha.
Mendengar penuturan Ummu Kultsum r.ha, Aisyah r.ha kemudian menyuruh adiknya menemui Amr bin Al-Ash r.a, setelah diceritakan permasalahannya, "Cukup, aku sudah memahaminya, "kata Amr r.a.
Lalu Amr r.a pun menemui Umar r.a, "Wahai Amirul Mukminin! Ada sebuah berita tentangmu sampai padaku. "kata Amr r.a. "Berita apakah itu tanya Umar r.a. Benarkah engkau melamar Ummu Kultsum binti Abu Bakar? " tanya Amr r.a. "Betul" jawab Umar r.a. "Apakah engkau tidak menyukainya untuk bersanding denganku, atau engkau tidak menyukaiku untuk bersanding dengannya? " tanya Umar r.a.
"Sama sekali bukan itu permasalahannya, wahai sang khalifah, " kata Amr r.a tenang, " Ummu Kultsum r.ha itu masih kanak-kanak. Ia dibesarkan dibawah asuhan kakaknya, Ummul Mukminin Aisyah r.ha dengan lemah lembut sementara engkau adalah orang yang tegas. Kami sangat menyeganimu dan kami tidak bisa mengubah tabiatmu. Bagaimana jika ia menyalahi perintahmu, apakah engkau akan memaksanya? Jika begitu engkau telah menyalahi Abu Bakar r.a dalam hal putrinya yang tidak berhak engkau lakukan padanya, " kata Amr r.a menjelaskan.
"Bagaimana keputusan Aisyah r.ha soal perkara ini, aku telah berbicang-bincang dengannya. " tanya Umar r.a. " Aku diminta untuk berbicara padamu. Maukah engkau kutunjukkan perempuan yang lebih serasi denganmu? Ia adalah Ummu Kultsum r.ha binti Ali bin Abi Thalib r.a. Darinya, engkau akan menyambung keturunan dari Rasulullah, " jawab Amr r.a.
Atas saran Amr r.a, Akhirnya sang khalifah menikah dengan Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib r.a, bukan Ummu Kultsum binti Abu Bakar r.a. Dari pernikahannya, kemudian lahir putra-putri masing-masing bernama Zaid r.a dan Ruqayyah r.ha. begitulah, bahwa setiap jiwa itu akan menemukan pasangannya.
Sejarah mencatat bahwa keduanya adalah pasangan yang sangat bahagia. Bahka Aisyah r.ha pernah berkata tentang Umar r.a setelah pernikahannya dengan Ummu Kultsum r.ha, " Demi Allah, Umar r.a adalah satu-satunya yang memiliki struktur yang sempurna."
Begitu bahagia Ummu Kultsum r.ha mendapatkan suami yang Allah jadikan sebagai orang yang memperkokoh Agama Nya, Dengannya, Allah taklukkan negri-negri dan Allah tundukkan semua rakyat dihadapannya.
Tapi Ummu Kultsum r.ha tidak pernah berpikir sedikitpun bahwa 'matahari'nya suatu ketika akan lenyap dari pandangannya. Ia begitu mencintai Umar r.a seutuhnya, ketika tiba saatnya 'sang bintang' itu terbenam. Sinarnya yang memancar terang akhirnya padam.
Ketika Umar r.a berangkat kemasjid menunaikan shalat subuh, ia tidak mengetahui kalau itulah kali terakhir ia melihat suaminya. Sebab tanpa ia duga, seorang kafir majusi menikam Umar r.a saat sedang memimpin jamaah shalat subuh. Umar r.a pun kembali ke sang pencipta.
Allah yang mengabulkan do'a-do'anya. Sewaktu hidup, Umar r.a pernah berdo'a, " Ya Allah berikanlah karunia kepadaku untuk meninggal syahid dijalan Mu, dan jadikanlah kematian ku (ya Allah) ditanah Rasul-Mu." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Advertisement
