Waki' bin Al-Jarrah

Waki' bin Al-Jarrah

Sebuah nasehat penting bagi siapa yang diberi karunia ilmu oleh Allah Swt. Tidak semua yang anda tahu harus diucapkan. Sebab, setiap perkataan itu memiliki saat dan keadaan yang tepat untuk diucapkan. Mengetahuinya saja tidaklah cukup. Agar pengetahuan itu jatuh ditempat yang tepat, tentunya harus ada pemahaman. Para ulama menyebutnya dengan istilah fiqh.

Rasulallah Saw bersabda: "Barang siapa yang dikehendaki Allah mendapatkan puncak segala kebaikan, maka Allah akan memahamkannya terhadap dien-Nya.

Seorang tabi'in besar bernama Waki' bin Al-Jarrah. Dia adalah guru dari imam Asy-Syafi'i. ketika imam Asy-Syafi'i mengalami kesulitan  menghafal, ia mengadu pada sang guru. Nasehat sang guru ini diabadikan dalam sya'ir yang sangat terkenal:

Kumengadukan pada Waki' akan hafalanku yang buruk
Lalu ia menasehatiku agar tinggalkan maksiat
Karena ilmu adalah cahaya Allah
Dan cahaya itu takkan dikarunuakan pada pelaku maksiat.

Sebab tak ada yang ma'shum selain rasulallah,Waki bin Al-Jarrah ini pernah mengalami kejadian yang sangat menakutkan akibat tergelincir dalam sebuah masalah.

Ia pernah mendengar sebuah riwayat mengenai kematian Rasulallah Saw. Kisah itu ia riwayatkan dari seorang yang bernama Ismail bin Abi Khalid yang meriwayatkan dari  'Abdullah Al-Bahiyy yang mengatakan bahwa Jenazah Rasulallah disemayamkan selama satu hari satu malam, hingga perut dan jari-jari beliau membengkak.

Suatu ketika dalam sebuah majelisnya di mekkah, ia menyampaikan riwayat Abdullah Al-Bahiyy tersebut; sebuah riwayat yang sesungguhnya adalah riwayat yang mungkar dan munqathi (terputus). Akibat penyampaiannya, mekkah pun gempar. Apalagi kalangan orang Quraisy. Mereka berkumpul dan bersepakat untuk menyalib Wak'i yang dianggap melecehkan Rasulallah Saw dengan meriwayatkan kisah tersebut.

Ketika ia ditanya kenapa ia menyampaikan riwayat itu, ia mengatakan, "Beberapa orang sahabat, diataranya Sayyidina Umar bi Al-Kahattab tidak mempercayai bahwa Rasulallah Saw mengalami kematian. Maka, berdasarkan riwayat tersebut Allah menunjukkan kepada mereka beberapa tanda kematian, yaitu anggota tubuh yang membengkak."

Sebuah alasan yang sabgat masuk akal. Namun, orang-orang bani Quraisy sudah terlanjur marah. Mereka telah menyiapkan kayu untuk menyallib Waki' bin Al-Jarrah. Namun pertolongan Allah Swt segera datang disaat yang genting. tiba-tiba muncul Sufyan bin 'Uyainah yang berteriak menghalangi maksud bani Quraisy, "Demi Allah! Demi Allah! jangan kalian lakukan itu! ai adalah fakihnya negri irak, ayahnya juga orang alim disana.

Sedangkan riwayat yang disampaikan itu adalah riwayat yang masyhur, namun riwayat yang masyhur belum tentu shahih. Aku belum pernah mendengar riwayat itu sebelumnya. aku hanya ingin menyelamatkan Waki'!"

Demikianlah kisah Waki' bin Al-Jarrah, guru Imam Asy-Syafi'i. Seperti kata orang ahli sejarah yang besar, Adz-Dzahaby, "Kisahnya sungguh aneh. Ia sesungguhnya bermaksud baik. Namun sangat disayangkan saat itu kenapa ia tidak memilih diam dan tidak menyampaikan riwayat itu.
Nabi telah mengatakan: "Cukuplah menjadi dosa bagi seseorang bila ia membicarakan setiap apa yang ia dengarkan..."

Sebagai kata hikmah, " Bila tidak semua pengetahuan pantas terucapkan, maka tidak semua yang pantas terucapkan disetiap tempat, waktu, dan orang. Bagi yang berilmu, bersikap bijaklah."
Advertisement

Baca juga:

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar