Selaput Dara Ditinjau Dari Medis

Selaput Dara Ditinjau Dari Medis

Selaput dara erat kaitannya dengan dunia kedokteran. Sekalipun masalah ini sedikit vulgar, namun untuk menambah pengetahuan, terutama bagi wanita, tidak ada salhnya kita ungkap sekilas dengan harapan kita lebih dewasa dalam menyikapi selaput dara atau keperawanan.

Menurut ilmu kedokteran, selaput dara pada seorang wanita bisa tidak ada atau sekalipun ada mungkin bentuknya tidak sempurna.  Jadi pada dasarnya tidak semua wanita memiliki selaput dara yang utuh. Namun dunia kedokteran  sendiri mengakui keumuman wanita memiliki salaput dara utuh dan sangat jarang selaput daranya tidak ada atau tidak utuh.

Selaput dara bisa hilang bukan hanya dengan hubungan intim saja, melainkan bisa juga dengan kecelakaan fisik atau trauma. Sekalipun demikian, ada perbedaan yang mencolok antara rusaknya selaput dara akibat kecelakaan dengan rusaknya selaput dara akibat persetubuhan.

Selaput dara yang rusak akibat kecelakaan bentuknya tak teratur. Sedangkan yang rusaknya akibat hubungan intim bentuknya tidak terlalu rusak. Menurut dr. H. Achmad Biben, DSOG. dokter spesialis kebidanan dan ilmu penyakit kandungan, bahwa selaput dara yang rusak akibat hubungan intim bentuknya khas yaitu menunjukkan (menyerupai) pukul 04.00 hingga 07.00

Umumnya selaput dara itu melingkar didalam kelamin wanita atau bentuknya melingkar bulat mengelilingi vagina. Adakalanya tidak melingkar melainkan menutup lubang rahim ( kriptomenorhea) sehingga wanita tidak bisa haidl (harus dioperasi). Dan adakalanya memanjang sekitar lubang kelamin.

Sebagian selaput dara bentuknya ada yang bergerigi. Umumnya selaput dara itu tipis, sekalipun demikian ada sebagian wanita yang memiliki selaput dara tebal sehingga sekalipun pernah hubungan intim, selaput dara itu tidak robek.

Bahkan ada kasus ibu yang melahirkan tetapi selaput daranya tetap utuh. Namuntentu saja kasus seperti ini sangat langka dan pada umumnya selaput dara itu tipis dan robek ketika hubungan intim (HU. Pikiran Rakyat, 26 september 1997).

Menurut dunia kedokteran, keluarnya darah ketika malam pertama itu disebabkan selaput dara yang bentuknya tipis dan melingkar seputar vagina wanita robek. Untuk itu cerita yang tersebar di masyarakat bahwa hubungan intim malam pertama identik dengan percikan darah itu bisa dibenarkan karena itu memang umum terjadi.

Tapi mengingat sebagian wanita ada yang tidak memiliki selaput dara atau selaput daranya tidak utuh (dari bawaan), maka hubungan intim pertama itu tidak mesti berarti percikan darah dan seorang laki-laki tidak bisa sembarangan menuduh bahwa istrinya tidak suci lagi.

Hal ini perlu dimusyawarahkan dengan istri. Jangan mengorbankan sesuatu yang agung (pernikahan) hanya karena ketidak tahuan. Lelaki yang bijaksana tentu laki-laki tahu ilmu tentang selaput dara (keperawanan) dengan berbagai lika-likunya.





Sumber : Kesucian Wanita (Abu-Alghifari)


Advertisement

Baca juga:

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar