Tanamkan Rasa Malu

Tanamkan Rasa Malu

Malu dengan iman ibarat gula dengan manisnya, atau garam dengan asinnya, keduanya tidak dapat dipisahkan. Tanpa iman, tidak ada malu atau tidak malu berarti tidak beriman. Tapi iman bukan berarti malu, hanya malu sebagian dari iman. Orang yang beriman pasti punya rasa malu, tapi orang yang memiliki rasa malu belum tentu orang yang beriman.

Dalam pandangan Islam malu itu bersumber dari keimanan kepada Allah swt. Ia takut akan kemahakuasaan Allah swt. Baginya kehidupan ini hanyalah untuk mengabdikan diri kepada-Nya. karena itu janganlah berbuat dosa besar, dosa kecilpun dianggapnya beban yang sangat besar. Rasa cinta pada sang pencipta membuat orang beriman selalu merindukan segala titah-Nya dan selalu ingin menjumpai-Nya (dalam shalat).

Dalam setiap langkah kehidupannya akan  merasa selalu didampingi dan diawasi Allah swt. Sehingga ia tidak akan mungkin berbuat dosa. Firman Allah swt : "Sesungguhny orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada tuhanlah mereka bertawakkal." (QS. Al-Anfal : 2).

Dari Abu Zar r.a ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Rasulallah saw. Wahai Rasulallah! Apakah amalan yang paling utama, Rasulallah saw bersabda : Beriman pada Allah dan berjuang pada jalan-Nya. Aku bertanya : Hamba yang bagaimanakah yang paling utama, Rasulallah saw bersabda : Hamba yang paling baik menurut pemiliknya dan paling banyak harganya. 

Aku bertanya lagi : Bagaimana jika aku tidak bekerja, Rasulallah saw bersabda : Engkau boleh membantu orang yang bekerja atau berkerja untuk orang yang tidak memilikipekerjaan. Aku bertanya lagi : Wahai Rasulallah! Apa pendapatmu jika aku tidak mampu melakukan sebahagian dari amalan. Rasulallah saw bersabda : Engkau hendaklah memberhentikan kejahatanmu terhadap orang lain karena hal itu merupakan sedekah darimu kepada dirimu." (HR. Bukhari).

Jika orang sudah merasa diawasi oleh Allah swt. Maka tidak mungkin ia akan berbuat dosa.Justru ia akan berlomba meraih pahala sebanyak-banyaknya dengan cara beramal shaleh. Segala amal yang dikerjakannya ditujukan untuk mencapai keridhaan Allah swt. Jadilah orang beriman yang memperoleh derajat ihsan sebagaimana hadits berikut.

"Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya : Pada suatu hari ketika Rasulallah saw berada bersama kaum muslimin, datang seorang laki-laki kemudian bertanya kepada baginda : Wahai Rasulallah! Apakah yang dimaksudkan dengan Iman? Lalu Baginda bersabda : Kamu hendaklah percaya yaitu beriman kepada Allah, para malaikat, semua kitab yang diturunkan, hari pertemuan dengannya, para rasul dan percaya kepada hari kebangkitan. 

Lelaki itu bertanya lagi : Wahai Rasulallah! Apakah pula yang dimaksudkan dengan Islam? Baginda bersabda : Islam ialah mengabdikan diri kepada Allah dan tidak menyekutukanNya dengan perkara lain, mendirikan Shalat yang telah difardukan, mengeluarkan zakat yang diwajibkan dan berpuasa dibulan ramadhan.

Kemudian lelaki tersebut bertanya lagi : Wahai Rasulallah! Apakah makna Ihsan? Rasulallah saw bersabda : Engkau hendaklah beribadat kepada Allah seolah-olah engkau melihatnya, sekiranya engkau tidak melihatNya, maka ketahuilah bahwa Dia senantias memerhatikanmu" (HR. Bukhari).

Karena itu menanamkan rasa malu pada anak-anak kita adalah dengan menanamkan keimanan. Pendidikan ini harus dilakukan semenjak dini. Mereka ajarkan shalat , shaum dan shadaqah dari sejak kanak-kanak. Awasi pergaulannya yang akan berpengaruh besar bagi kepribadiannya.

Dorong agar bergaul dengan yang baik-baik. Diharapkan adanyapendidikan iman sejak dini, anak akan memiliki bekal. Manakala muncul tantangan dari luar mereka sudah dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk karena adanya landasan iman.









Sumber : Kesucian Wanita (Abu Al-Ghifari)

Advertisement

Baca juga:

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar